Skip to main content

Posts

Showing posts from October 27, 2019

Skandal Lem Aibon & Pengelolaan Anggaran Yang Buruk

Karikatur: tagar.id Heboh kemunculan anggaran ganjil dalam rancangan KUA-PPAS 2020 DKI Jakarta, benar-benar membuat kita semua tertegun. Bukan lagi soal harga yang tidak patut untuk sebuah item kebutuhan yang perbandinganya bak langit dan bumi. Lebih dari itu, kemunculan item sim salabim itu membuka mata kita bagaimana seorang birokrat mengelola uang negara yang seharusnya diperuntukkan demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.  Sudarman selaku Kasubag Tata Usaha Sudin Pendidikan Jakarta Barat Wilayah I mengaku dialah yang memasukan item lem ibon dalam rancangan tersebut. Ia juga menegaskan bahwa item itu dimasukannya secara sadar dan bukan sebuah kesalahan. Kok bisa? Menurut Sumartana hal itu dia lakukan karena pihak sekolah belum memasukan jenis barang yang dibutuhkan, sementara mereka harus mengunggah anggaran di sistem e-budgeting.  Sungguh pertanggungjawaban yang menggelikan. Bagaimana mungkin seorang kasubag memasukan item tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu

Terima Kasih PSI

Pada Agustus, menyambut pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta,  https://melekpolitik76.blogspot.com/   menurunkan sebuah artikel tentang harapan akan hadirnya gebrakan dari para kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kebon Sirih. ( Baca:  Menunggu Gebrakan Para Kader PSI Di Kebon Sirih ). Dalam tulisan tersebut, ada harapan pada para kader PSI yang duduk sebagai anggota legislatif DKI di Kebon Sirih, setelah melihat spirit para kader PSI yang begitu bersemangat menghadirkan pembaharuan di lingkup pemerintahan DKI Jakarta. Juga ada satu keyakinan bahwa para kader PSI yang rata-rata kawula muda itu mampu membuat perbedaan di Kebon Sirih.  Mereka pun membuktikannya. Gebrakan pertama yang mereka lakukan adalah menolak PIN emas yang akan disematkan pada anggota DPRD DKI. Logika mereka sederhana tapi rasional yakni bahwa, emas adalah simbol apresiasi bagi para juara. Bagaimana mungkin anggota DPRD DKI yang baru akan dilantik disematkan PIN emas semen

Antara Anies, Lem Aibon dan KPK

Warga DKI kembali harus gigit jari. Baru saja diberitakan bahwa DKI terancam mengalami defisit anggaran, kini heboh pemberitaan tentang anggaran pengadaan lem aibon dengan harga yang abnormal yakni, 82 miliar rupiah. Selain anggaran pembelian lem aibon, juga terdapat anggaran pembangunan jalur sepeda senilai 73,7 miliar. DKI memang beda!  Anggaran dengan nilai fantastis itu diungkap oleh William Aditya Sarana yang merupakan anggota DPRD DKI dari PSI. William sempat bingung mengapa APBD DKI belum bisa diakses publik, padahal pembahasan anggaran sudah dimulai di DPR. Merasa janggal dengan hal tersebut, William pun mencoba mengakses situs  apbd.jakarta.go.id. Rupanya ada yang janggal dibalik tertutupnya situs anggaran DKI itu. Dan ketika berhasil mengaksesnya, Willian menemukan gulungan rupiah yang sangat banyak untuk pos yang sebenarnya receh, lem aibon.   Dalam hitung-hitungan normal William, jika anggaran sebanyak itu direalisasaikan, berarti setiap bulan Dinas Pendidika

Amien Rais dan Lidahnya

Publik mungkin berpikir betapa enaknya menjadi seorang tokoh seperti Amien Rais. Dengan ketokohannya politisi senior ini seakan bisa mengatakan dan melakukan apa saja tak peduli dampaknya terhadap siapa pun. Lidah Amien piawai memainkan kata-kata dengan diksi yang menggetarkan. Entah karena tidak peduli, atau pura-pura tidak peduli dengan imbas dari pernyataannya, Amien Rais seolah enteng melontarkan pernyataan yang pada akhirnya memakan kredibilitasnya sendiri. Sebab di usianya yang sudah beranjak senja, pernyataan-pernyataan Amien hampir pasti menjadi pepesan kosong. Banyak pernyataannya yang tidak teruji kebenarannya dan terkesan 'asal njeplak'. Amien seolah tidak paham bahwa kata-kata itu seperti pedang bermata dua. Ia bisa menyayat lawan tapi juga bisa mengiris diri sendiri. Ia misalnya, pernah mengatakan akan melengserkan Jokowi karena dianggap tak becus mengurus negara. Ia pun sesumbar mengatakan bahwa Soeharto saja bisa dilengserkan (apalagi hanya seorang