Pria yang mengancam akan memenggal leher Presiden Jokowidodo akhirnya diciduk polisi. Ia dibekuk di sebuah perumahan di kawasan Parung, Bogor, pada Minggu pagi (12/05). Lokasi penangkapan 'jagoan penggal' ini berbeda dengan pengakuannya dalam video yang menyebutkan dirinya berasal dari Poso. HS pun langsung digiring ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan.
Video HS mengancam Jokowi beredar luas di media sosial beberapa hari lalu. Diduga pernyataan konyol itu dilontarkan pelaku saat mengikuti aksi demo di depan gedung KPU dan Bawaslu. HS yang dikelilingi sejumlah demonstran lain termasuk dua orang wanita, tampak garang dan begitu bernafsu mengancam akan memenggal leher Jokowi.
Kini publik menunggu seberapa besar nyali demonstran beringas ini saat berhadapan dengan pihak penyidik Polda Metro Jaya. Di hadapan penyidik nanti, ia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah diperbuatnya. Nyalinya diuji karena ia akan menghadapi semuanya seorang diri. Tidak ada lagi tempik sorak rekan satu barisannya sewaktu koar-koar di depan gedung KPU dan Bawaslu beberapa waktu sebelumnya.
Jika ia benar-benar bertaji, semangat dan nafsu yang menggebu-gebu saat berteriak di jalanan, mestinya tidak berubah loyo dan lesu. Dia harus menjawab pertanyaan polisi tentang motif di balik pernyataannya yang sangat brutal. Mengapa ia berani mengancam Jokowi? Siapa yang menyuruhnya memenggal leher Jokowi?
Tidak terbayang, wajahnya yang liar saat beraksi di depan KPU, berubah layu seperti anak kecil yang dihukum ayahnya. Jarinya yang menunjuk-nunjuk seolah begitu yakin dengan pernyataannya, akan tertekuk di antara selangkangan dengan borgol di kedua tangannya.
Selanjutnya Polisi akan menyidik latar belakang HS; siapa orang tuanya, apa saja kegiatannya selama ini, siapa orang, perkumpulan dan atau organisasi (sosial dan politik) dimana dia aktif berafiliasi. Dalam situasi seperti itulah nanti, HS sadar, dirinya bukan siapa-siapa. Kalau kata anak jaman sekarang, dia hanya remah-remah rengginang di antara lautan krupuk besar di tangan polisi.
Mungkin saja dalam hati kecilnya ia akan menyesal atau malah menaruh dendam. Mungkin juga ia mengharap bala bantuan dari para motor penggerak aksi demo di depan KPU dan Bawaslu. Tapi percayalah bung, semua orang akan beramai-ramai mencuci tangan. Karena siapa pun, termasuk Kivlan Zen dan Eggi Sudjana yang menggagas aksi demo pada awal Mei lalu, tidak ingin melontarkan pernyataan barbar seperti yang terlontar dari mulut HS.
Dan ketika menyadari bahwa ia tidak berdaya dan tidak bisa membela dirinya sendiri, ia akan tertunduk lesu di sel tahanan yang dingin. Di situlah ia merasa sedih, dan tajinya tidak tegak lagi.
Buat publik yang dengan geram juga gemes menantikan diciduknya jagoan ngancem ini, melihat kembali video HS kemarin bisa menjadi hiburan yang melegakan.